Jumat, 17 Juni 2011

Attawabi (na`at, `athaf, taukid, badal)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa arab meerupakan bahasa yang sempurna, karena bahasa arab adalah satu-satunya bahasa yang dipilih oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu dan firman-Nya. Banayak sekali aturan dan tata bahasa lain tetapi tidak seindah bahasa arab yang berada dalam Al-Qur`an. Kita sebagai ummat islam yang memiliki kitabnya tentu saja harus bisa menggali isi dari Al-Qur`an tersebut dan untaukmenggalinya tentu saja harus dibekali dengan kemampuan dalam tata bahasa dari bahasa arab
B. Tujuan
Makalah ini ditujukan terutama untuk memenuhi tugas mandiri dalam rangka mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS), selain itu ada beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini yang diinginkan diantaranya :
1. Dapat mengetahui lebih lanjut tentang Isim-isim yang dirofa`kan
2. Dapat mengaplikasikan pengetahuan terhadap praktiknya
3. Memperdalam makna bahasa arab
C. Rumusan Masalah
Untuk membatasi pembahasan dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Ada berapa isim yang harus ber i`rab rofa?
2. Apa saja pengertian masing-masing dari isim yang dirafakan?
3. Bagaimana ketentuan dalam isim yang dirofa`kan?
4. Apa saja contoh dari isim yang bri`rab rofa?


BAB II
PEMBAHASAN
TUJUH ISIM YANG BERI`RAB ROFA
Sebelum memulai pada pembahasan, ada beberapa pengertian yang bersangkutan dengan materi yang harus diketahui terlebih dahulu diantaranya yaitu :
a. Pengertian `irob
Pengertian i`rab secara bahasa yaitu التغير(berubah, perubahan) seangkan menurut terminologi ilmu bahasa arab yaitu sebagai berikut :
الأعرب هو التغيير أواحر الكلم لإختلاف عوامل الداخلة عايها لفظا اوتقديرا
Artinya :
I`rab adalah perubahan akhir kalimat disebabkan berbeda-bedanyanya amil (yang memerintah) kedalam kalimat tersebut, baik secara lafadz ataupun secara taqdirnya
b. Pengertian rofa`
Pengertian rofa` secara etimologi yaitu ألعلي (tinggi) sedangkan secara terminologinya yaitu :
تغيير مخصوص علامته الضمة وما ناب عنها
artinya :
perubahan yang secara khusus yang ditandai dengan adanya dhommah dan pengganti dari dhommah

c. Alamat atau ciri i`rab rofa`
Yang menjadi ciri dari i`rab rofa sebagaimana yang ada dalam kitab Al-`asmawy yaitu ada empat, satu diantaranya sebagai ciri pokok yaitu Dhommah (ُ) dan yang tiga sebagai pengganti dari dhommah yaitu و (wawu), (alif), dan (Nun)





BAB III
PENUTUP

Minggu, 23 Januari 2011

Resume Risalah Tauhid Abdul Wahab Khalab

RISALAH TAUHID
1. Pengantar pembahasan (Sejarah Ilmu Tauhid)

a. Ilmu tauhid
Ilmu tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang ke Esaan Alloh dan sifat-sifat wajib ada serta yang mustahil bagi-Nya, serta ilmu yang membahas kebenaran para nabi dan rosul-Nya, sifat yang ada, boleh ada, dan yang mustahil ada pada diri-Nya.
b. Ilmu Kalam
Ilmu tauhid di sebut juga ilmu kalam, karena ada kalanya masalah yang palinh mashuar banyak menimbulkan perbedaan pendaoat di kalangan para ulama, yaitu, apakak kalam Allah (wahyu) yang dibacakan itu ”baharu” atau qodim?. Dimana bekasnya yata dilihat dari perkataan para ahli yang turut berbicara tentang ilmu itu, amat sedikit sekali orang yang berdasarkan pendaptnya pada dalil Naqli.
c. Aqiah islam sesuai dengan dalil Akal Naqal
Ilmu semacam ini (science of theologi) adalah ilmu yang menetapkan keyakinan (akidah) dan penjelasan tentang ajaran yang dibawa oleh para nabi.
Yelah dikenal juga oleh bangsa- bangsa sebelum Isalam, karena tiap-tiap bangsa mempunyai peminpinnya sendiri. Yang berusaha menegakan dan mengukuhkannya. Tapi amat sedikit sekali keterangan-keterangan mereka itu apat ditinjau oleh dalil-dalil akal dan keterangan-keterangan tentang akidah yang sesuai dengan tabiat dan undang-undang alam.
Sehubungan dengan hal diatas maka datangkah Al-quran yang mengharuskan suatu agama di atas jalan yang terang, Al-quran tidak cukup mambuktikan kenabian Nabi muhammad SAW, hanya dengan memakai dalil yang telah di kemukakan oleh para nabi yang sebelumnya. Al-qurqn datang tidak hanya membawa cerita, tetap juga mengemukakan dalil dan kenyataan-kenyataan yang mematahkan kepercayaan orang-orang yang membantah. Di tuntutnya aka, di bangkitkannya pikiran kemudian di tunjukannya undang-undang alam, hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang sesuai dengn akal. Jadi secara tidak langsung Al-qurqn telah mempertemukan akal dengan agama.
Agama itu datang untuk mengatasi paham dan pengartian manusia yang berakal, maka agama mutahil membawa sesuatu yang bertentangan dengan akal.
Al-quran datang selain menerangkan sifat-sifat Alloh tapi ia juga membawa kabar menggembirakan dan menakutkan untuk perbuatan baik dan buruk, serta menyerahkan perkara pahala dan siksa kepada Alloh SWT.
Dengan adany ayat-ayat mutasybbih maka Al-quran menyurh kita untuk berfikir baik tentang agam maupun tentang seluruh ciptaan Alloh yang tidak ada batasnya.
d. Masa Kesatuan Paham
Stelah berlalunya zaman Nabi SAW, dua orang khlifah berjuang bersama kawan-kawannya melawan musuh-musuh Islam sehingga tidak ada orang yang memperdayakan dan mengutik-utik dasar kepercayaan (aqidah) yang telah berkembang baik, pada saat itu pertentangan sedikitpun diselesaikan oleh kholifah dengan para uluma yang mendampnginya. Dan masalah yang timbulpun hanya sekitar cabang hukum (furu) aagma, bukan masalah yang pokok , yaitu aqidah.
Setelah peristiwa terbunuhnya khlifah ketiga (Usman bin Afan) maka rusaklah sokoguru (tiang agung) kholifah, dan terjerumuslah oranh Islam serta pengikutnya suatu pembenturan yang menyimpangkan mereka dari jalan lurus yang mereka lalui selama ini.
Dari periatiwa tersebut maka timul perpecahan dikalangan orang Islam, terutama pada orang yang tidak ada pengaruh iman dalam hatinya karena mengikuti hawa nafsu.

e. Permulaan timbulnya bid ah tentang aqidah
Diantara orang-orang yang giat bekerja melancarkan finah-fitnah kesana kesini adalah Abdulloh bin Saba, yaitu seorang yahudi yang masuk islam. Dengan berpura-pura erlalu fanatik mencintai Ali karomallohul wajhahu, ia mendawahkan bahwa Ali lah yang berhak menduduki kursi kholifah. Untuk itu ia menyerang khalifah Usman dengan sengitnya hingga menyebabkan ia di buang oleh khalofah Usman.
Dan pada zaman pemerintahan Ali pun ia mencolok mempropagandakan pendirinya, hingga Ali terpakasa membungnya ke Madain.
f. Lahirnya golongan syiah dan khoarij
Diawli dengan timbulnya perang saudara dikalangan umat muslim, fan pada saat itu pula gejala-gejala lain yitu membikin riwayat hadits dan tawil, tiap kabilah menjadi keterlalun (fanatik ) yang akibatya memwcah belah umat islam kepada golongan-golongan , Syiah ,Khoarij dan golongan Al-mutadilin (moderat).
Kaum khoarij mengkafirkan siapa saja yang berdiri di luar golongan mereka begipun yang menentang pendirinya.
Golongan syiah mengagungkan Ali besertaanak cucunya hingga menempatkan setara debgan Tuhan atau mendekatinya.
g. Lahirnya kaum mutazilah
Rupanya perselisiha-perselisihan tidaklah terbatas kedua masalah yang tersebut di atas saja, akan tetapi tealah menjalar kepada menetapkan (istbat) sifat-sifat maani bagi dzat Tuhan, atau meniadakan (nafi) sifat-sifat iti dari dzat-Nya. Seterusnya sampai kepada menetapkan kekuasaan akal untuk mengetahui segala hukum agama, menentukan mana yang furu mana yang ibadat (karena keterlaluan dalam menarik gari Al-quran) menghususkan (menentukan) kekuasaan akal itu tentang pokok-pokok yang pertama saja.

h. Kaum Kebatinan
Ditengah situasi yang seperti ini pula timbulny sengketa diantara golongangolongan yang berlebih-lebihan memperturutkan kemerdelkaan berfikir dengan golongn moderat atau dengan golongan yang terlalu teguh berpegang kepada lahir syriat belaka. Akan tetapi semuanya sepakat mengenai satu ketentuan, bahwa segala hukum agama wahib dipatuhi. Di belakang mereka ini, terdapat golongan yang menganggap dirinya telah berhubungan batin dengan Tuhan sehingga mengatakan Tuhan telah bertempat dengan dirinya (hulul immanence); atau kaum materialism-ateism (dahriyn), yang berusaha hendak membawa Quran ke arah lain, sesuai dengan pendirian mereka, yang selama ini telah di-infiltrsikannya kedalam Islam. Kitab suci, mereka tafsirkan semau maunya, jauh dari apa yang dimaksud oleh nas dan menyimpang dari mestinya. Mereka ini terkenal juga dengan nama kaum “kebatinan”(bathiniyah) atau “Islmiyah”.
i. Syeh Abu Hasan al-Asy ary
Dengan timbulnya kata sepakat antara kaum salaf dengan golngan-golongan yang sehaluan dengan mereka untuk bersamsama menentang kaum zindk dan kelompok –kelompok yang sehaluan dengan itu, maka memuncak pulalan perselisihan di antara mereka.
Kedaan itu pula berkangsung sedemikian rupa, hingga muncul pula Syeh Abu Hasan al-Asy ary (270 atau 260-330 H), pada kurun keempat. Beliau berjalan di tengah, yakni antara keyakinan kaum salaf dan keyakinan orang-orang yang menentang mereka (suatu sintesa). Pedirian al-Asy ary ini mereka namakan “Madhab Ahlu Sunnah Wal Jamaah”



2. Pembagian Hukum Akal
Para ahli tauhid (ilmu kalam), mebagi yang “maklum” (al-maklum: yang dapat dicapai oleh akal) kepada tiga bagian. Taitu “mungkin”bagi dzatnya, “wajib” bagi dztnya dan “mustahil” bagi zatnya.
Asdapun yang “mustahil” menurut istilah mereka, ia;ah sesuatu yang zatnya memang tidak mungkin ada. Adapun yang “wajib”, ialah suatu tang zatnya memang semestinya ada. Sedangkan yang “mungkin”, ialah suatu yang tidak ada wjudnya tetapi tidak pula dapat dikatakan tidak ada zatnya. Karena ia bisa saja berwujud oleh suatu sebab yang menyebabkan adanya.
a. Hukum Mustahil

Hukum yang mustahil bagi zatnya ialah, bahwa tidak mungkin bisa menjadi wujudnya, karena “tidak ada”, telah menjadi kemestian bagi mahiyah (hakikat) sesuatu itu

b. Hukum Mungkin:

Diantara hukum-hukum yang mungkin bagi zatnya ialah, bahwa ia tidak mungkin “ada” kecuali dengan suatu sebab. Begitu pula, bahwa ia tidak mungkin” tidak ada” kecuali dengan sesuatu sebab juga. Demikian kerena tidak satupun diantara dua perkara itu (“ada” dan “tiada”) yang dimiliki oleh sesuatu itu secara sekaligus. Maka menurut zatny, kedua itu adalah sama.
Pengetian “sebab” sebsb ialah yang menciptakan dan yang memberi wujud. Dengan lain ibarat, ialah yang mewujudakan, sebab yang melahirkan, sebab yang melakukan pencipta yang hakiki.




c. Yang “Mungkin” Pasti Ada

kita perahtikan segala sesuatu itu terjadi, setelah ia terlebih dahulu tidak ada, dan kemudin lenyap. Seperti hantya alam tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang.


d. Adnya “yang munhkin” itu pasti menghendaki akan adanya “yang wajib”

Segala ynag mungkin yang telah ada itu, merupakan suatu kemungkinan yang tetap. Dan tiap-taiap yang mungkin ada, berrkehendak sepenuhnyah kepada yang mengadakan (mewujudkannya). Sedangkan yang mustahil itu tidak bisa diwujudkan; karena itu tunggal lagi yang wajib,. Maka tetaplah segala yang mungkin yang telah ada terwujud, pasti ada yang mewujudkannya (causa efficience), yaitu zat yang wajib ada.
Dengan ini adaalh mustahil (batal), sebagaiman seperti yang telah dijelaskan dalam keterangan-keterangan yang lalu tentang hukum-hukumnya yang mungkin. Karena tidak ada sesuatupun diantara mahiyah (hakikat) yang mungkin itu yang memastikan (memberikan) bagi wujud maka dari itu, teranglah sumar dari sesuatu yang wujud itu adalah lain dari itu, yakni zat yang wajib wujudnya dengan pasti.

3. Hukum-Hukum Wajib

a. Kidam,Baka,dan Tidak Tersusun

Diantara hukm-hukum bahwa Ia adalah kadim (tidak berpermulaan), lagi pula azali. kalau tidak begitu, tentu Ia menjadi baharu, sedangkan yang baharu, ia suatu yang terjadi yang didahului oleh tiada (adam).
Diantara hukum-hukum yang wajib, ialah bahwa Ia tidak akan dikenal oleh tiada (adam), kalau demikian, tentulah dengan sendirinya apa yang melekat pada dirinya. Sedankan itu kembali kepada persoalan tentang hukum tecabutnya sesuatu dari dirinya sendiri, yang sudah mustahil terjadinya.
Termasuk pula kepada hukum-hukum wajib itu, bahwa Ia tidak tersusun dari sesuatu zat. Karena bila Ia tersusun dru sesuatu unsur, tentulah adanya tiap-tiap bagian dari bagian-bagiannya itu mendahulu akan wujud jumlahnya yang merupakan zat bagiannyam, sedang dari tiap-tiap bagiannya itu mestilah bukan zatnya.
Meniadakan susunan (takrib) pada zat yang wajib Ada itu meliputi juga akan apa yang mereka namakan dengan “hakikat akliah”, atauun “kharjiah” (iluar akal).
Sebagaimana zat yang wajib adaitu tidak tersusun (takrib) Dibagi-bagi menurut salah satu ukuran kaedah yang tiga (panjang, lebar, dan tinggi pemerjemah), artinya Ia tidak berhak di ukur.

b. Hidup (Al-Hayat)

Arti wujud (ada) sekalipun telah terang bagi akal tetapi masih dapat digambarkan dengan: kenyataan, tetap, dan kekal. Dan kesempurnaan wujud, serta kakkuatannyan bergantung pula pada kesempurnaan makna ini.
Yang wajib ada itulah yang menjadi sumber bagi segala yang mungkin ada. Dengan demikian, Ia merupakan wujud yang paling kuat dan yang paling tinggi. Ia diiringi denga sifat-sifat (atribut atribut) wujudiah yag sesuai dengan kedudukan dan martabat-Nya yang tinggi itu.
Diantara sifat-siafat yang wajib ada pada diri-Nya ialah, sifat “hidup”(Al-Hayat),. Sifat itun diiringi oleh “Ilmu” dan “Irodat” (kemauan). Demikian itu diseabkan oleh karena “hidup” ( al-hayat) adalah jelas termasuk sifat kesempurnaan bagi wujud-Nya. Maka sifat hidup dan sifat-sifat yang mengiringi-Nya adalah menjadi sumber segala peraturan dan menjadu kebujaksanaan.
Mka wajib ada itu, pasti Ia hidup sekalipun hudup-Nya berlainan dengan segala sesuatu yang mungkin hidup. Zat yang wajib ada itulah yang meemberi wujud, begitu pula sifat-sifat yang mengiringinya.

c. Ilmu (Maha Mengetahui)

Diantara sifat wajib yang wajib bagi zat yang Wajib Ada, adalah sifat “Ilmu” (maha mengetahui). Yang dimaksud, ialah terbukanya tabir sesuatu bagi zat yang tetap sifat itu bagi-Nya yaknu ya g menjadi sumber, pokok pangkal lagi terbukanya tabir sesuatu itu. Sebab sifat Ilmu, termasuk sifat-sifat wujudiyah yang menjadi sifat yang wajib ada.
Kenytaan menunjukan, bahwa Ilmu menjadi kesempurnaan bagi segala sesuatu yang mungkin wujud itu ialah Zat yang mempunyai Ilmu (Alim). Berilmunya zat yang wajib ada itu adalah termasuk diantara hal-hal yang lazim bagi wujud-Nya, debagaiman yany telah diketahui. Ilmu-Nya mengatasi segala macan Ilmu, karena tinggi martabat wujud-Nya diatas segala yang maujud (ada).
Sifat-sifat yang bagi Zat yang Wajib Maujud, dan jadi lenyap dengan lenyapnya yang wajib, dan kekal bersama dengan kekalnya Zat yang Wajib itu,. Dan berilmunya yang Wajib wujud (ada), adalah suatu diaantara kelaziman (kemestian) bagi wujudnya. Maka dari itu Ia tidak berkehendak kepada sesuatu yang lain selain kepada zat-Nya sendiri. Ia adalah azli. Zat yang wujudnya tidak berawal dan tidak pula berakhir (abadi), bebad tidak bisa dicapai oleh alat-alat (media-media) dan oleh ketajaman-ketalaman pikiran dan kegiatan-keguatan otak. Jadi Ia berlainan dengan segala yang berilmu dari sesuatu alam yamg mungkin.
Diantara dalil-dalil yang membuktijkan tenyang tetap adanya Ilmu bagi yang Wajib Wujud, ialah apa yang kita saksikan sendirdi pada struktur alam ini, berupa hukum- hukum dan kerapiannya, terletaknya segala sesuatu pada tempat yang semestinya, tepatny masing-masing dalam bidang yangdiperlukan dalam wujud dan kekalnya. Ini nyata dengan jelas bagi mata yang suka memperhatikan apa yang ditunjukan oleh benda-benda alam,baik besar (mkro), tinggi maupun rendah.




d. Kemauan (Al-irodat)

Di antara sifat yang wajib bagi zat Yang Wajib Wujud adalah “irodat”
(kemauan). Ia adalah sifat (atribut) yang dapt menetukan untuk menciptakan alam ini dengan salah satu jalan-jalannya yang mungkin.
Setelah tetap bahwa Zat yang memberikan wujud kepada segala yang mungkin ada. Wajib Adanya, dan bahwa Ia adalah mengetahi (Alim), dan bahwa segala yang Wujud yang mungkin ini tak dapat tidak sesuai dengan Ilmu-Nya, tetap pulalah dengan pasti, bahwa Ia mempunyai “kemaauan”, sebab Ia harus berbuat sesuai dengan Ilmunya.


e. Kuasa (Al-qudrat)

Kuasa (qudrat). Ia adlah merupakan salah sau sifat, yang dengannya, Zat Yang Wajib ada itu mengadakan dan meniadakan apa yang dikehendaki-Nya. Bila telah jelas, Zat Yang Wajib ada itulah yang menciptakan alam semesta menurut kehendak Ilmu dan Iradat-Nya, maka tidak daoat diragukan lagi, bahwa “Ia berkuasa” dengan pasti.

f. Ikhtiar (Kebebasan Bebuat)

Tanpa sifat yang tiga ini (Ilmu,Iradat,dn Qudrat) bagi Zat yang wajib Wujud melazimkan pula tetapnya sifat “ikhtiar” bagi-Nya dengan pasti. Karena tak ada makna dari ikhtiar itu kecuali menimbulkan bekas perbuatan deng Kudrat kekuasaan-Nya manurut ketentuan Ilmu dan hukum Kemauan-Nya.
Tetapi sebaliknya, oragnisasi alam dan kemaslahatan-kemaslahatannya yang besar, hanya tetap dengan satu hukum Qudrat.

g. Maha Esa ( Al-Wahdah)
Adpun mengenai Esa (KeEsaan, Tunggal) dalam Wujud adan peuatan, maksudnya ialah, Zat-Nya sendiri yang Wajib wujud (ada),dan Ia sendirilah (tanpa campur tngan orang lain) untuk mengadakan segala apa yang mungkin ada disini.
Diantara sifat-sifat yang dijelaskan oleh lisan syariat, tidak dapat dimustahilkan oleh akal,karena sifat itu pantas diletakan bagi Zat Yang Wajib Wujud. Tetapi akal sendiri aja tdak sanggup memikirlannya. Namun demikian wajib meyakinkan , bahwa Zat yang maha tinggi besifat dngan Dia.
Sifat-sifat yang demikian keadaannya, diantara ialah sifat “Kalam” (Berbicara, Berfirman).
Diantara sift sami`iyah yanh wajib tetap bagi Allah menurut yang diterangkan oleh Nab, ialah sifat “Bashor” (Melihat), “Sama” ( Mensengar). Tetapi kita wajib mengiktikadkan (meyakini) bahwa tersingkapnya itu tanpa memakai alat, tidak mempergunakan anggta badan (pancaindra),dan tidak karena ketajaman pendengaran dan pandangan sebagaiman yang isa dikenal dikalangan kita umat manusia.

h. Pembicaraan tentang sifar-sifat secara ringkas

Berfikir tentang makhluk pasti membawa manfaat duniawi, mamberikan cahaya bagijiwa untuk mengetahui Zat yang menjadikan bekas-bekas makhluk itu.
Adapun berfikir tentang Zat Yang Menjadikan (Kholik), itu berarti mencari hakikat Zat yang menjadikan itu dari satu segi.hal ini tentu terlarang bagi akal manusia, yakni karena tidak kena mengenanya (tidak seimbang) antara dua wujud itu (wujud Kholik dan wujud akal) dan karena mustahilnya Zat Kholik itu tersusun dari bagian-bagian.
Yang wjib kita Imani (percayai) ialah, bahwa Zat itu maujud (ada) dan tidak mempunyai apa yang ada dalam alam semesta ini. Ia Azli, Abadi, Hidup, Mengetahui,Berkemauan (Brkehendak) , Kuasa, Sendiri (Tunggal), dalam segala hal, baik dalam penciptaan segala makhluk-Nya. Dia berkata (berfirman), Mendengar, dan sifat-sifat lain seperti yang diterangkan oleh Syara.


4. Perbuatan-Perbuatan Allah
Segala perbuatan Allah, terbit dari Ilmu dan Iradat-Nya. Tiap-tiap sesuatu yang terbit dari Ilmu dan Iradat, berpangkal pula kepada ikhtiar, (Kebasan). Tiap-tiap yag terbit dai Ikhtiar., tidak satu pun yang wajib dilakukan oleh yangwajib Ikhtiar. Oleh karena itu, tidak ada satu un diantaraperbuatan-perbuatan-Nya, yang wajib dilakukan oleh Zat-Nya. Maka segala perbuatan Allah, seperti mencipta, memari rezeki dll. Tidak dapat dibayangkan oleh akal.
Bahwa perbuatan-perbuatan Allah SWT, tidak lepas dari haikat-Nya, hakiakat tiap-tiap perbuatan itu teletak pada apa yang di timbulkannya, yang dapat menjaga ketertiban ataupun menolak kerusakan baik khusus ataupun umum, yang andaikata dibukakan kepada akal dan segi apa saja ia berpikir dan memberikan hukum, ia akan mengakui bhawa peruatan itu tidak percuma dan tidak main-main saja.
Hikmat keijaksanaan inilah yang kita kenal sekarang dengan sebutan meletakan sesuatu pada tempatnya masing-masing dan memberikan kepada tiap-tiap yangberkehendak aakn apa yang dikehendakinya.
Maka ketentuan wajibnya hakiakat dalam segala perbuatan Allah, mengikuti pula akan wajub sempernanya Ilmu dan Iradatnya. Dan yang menjadi sssumber pokok kemana harus dikembalikan segala segala pesoalan yang timbul dalam ab ini, adalah firman Allah ta`ala yang tersebut di bawah ini:
وما خلقنا السماء والأرض وما بينهما لاعبين
Artinya : Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
بل نقذف بالحق على الباطل فيدمغه فإذا هو زاهق ولكم الويل مما تصفون
Artinya : Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya)

5. Perbuatan-Perbuatan Manusia

Orang yang mempunyai akal dan perasaan (pancaindra) yang sehat, mengakui dengan menyaksikan, bahwa dirinya sendiri adalah maujud (ada). Untuk itu orangtidak memerlukan dali untuk membenarkannya dan tidak berkehendak kepada seorang guru untuk mengajarkannya. Demimikian pulaah Ia mnyaksikan, bahwa ia mempunyai kemauan untuk melakukan prbuatan-perbuatan degan ikhtiar, yang ditimbangna dengan akal dan ditentukannya dengan iradat (kehendak)- nya sendiri. Kadang-kadang manusia bermaksud baik atau berikhtiar untuk menyanaangkan hati kawan, tetpi sebliknya yang datang, kawa itu marah kepadanya, Nasib yang demikian itu menyebabkan ia menyesali dirinya sendiri, kenapa ia tidak erhati-hati, dalam menjalankan perbuatannya. Hal itu dipandangnya sebagai pengalaman, yang akan menjadi guru bagainya buat masa ynag akan datang.
Akan tetapi bila nasib buruk yang menimpa dirinya itu disebabkan oleh perbuatan orang lain, ia melepaskan marahnya ke[da orang itu sebagai tantangan. Tempo-tempo nasib itu datang dari kekuasaan yang lebih tinggi dari dirinya sendiri, bukan karena kelalaiannya dan bukan pula oleh karena orang lain, maka hal itu ternasuk kepada takdir yang tak dapat di elakannya dalam peuatnnya itu.
Orang yang beriman, menyaksikan dengan dalil dan bukti yang nyata, bahwa “kodrat” pencipta alam semestaini lebih tinggi dari kodratnya yang ada pada segala mekhluk.
Menurut ketetapan Agama, ada dua perkara besar yang merupakan tiang keahagiaan dan membimbig segala amal perbuatab manusia.
Pertama ; bahwa manusia mempunyai usaha yang bebas dengan kemauan dan kehendaknya untuk mencari jalan uang dapat membawakannya kepada kebahagiaan.
Kedua ; bahwa kodrat Allah tempat kembalinya segala mekhluk. Diatara tanda (bekas) kekuasaan Allah itu ialah, bahwa Ia sanggup memisahkan manusia (makhluk) dari apa yang di inginkannya, dan tidak seprangpun selain dari Allah yang sanggup menolong manusia dalam apa yang tidak mungkin dicapainya.
Tuhan memerintahkan kepada manusia supaya menghadapkan himmah (cita-citanya) untuk memanjatkan permohonan kepada al- kholik yang maha tunggal setelah manusia itu menumpahkan niatnya yangsungguh-sungguh dan berpkir benar dan bekerja secara teratur. Baik akal maupun agama.tidak mengizinkan seseorang untuk mencari pendirian yang lain dari yang demikian itu.
Korat Allah yang tunggal itu, adalah suatu kekuasaan yang palinhg tinggi dalam penyempurnaan cita-cita manusia dengan jalan melenyapkan rintangan-rintangan yang menghalang ataupun untuk menyempurnakan syarat-syarat kesempurnaan yang diperlukan sebagai suatu perkara yang tidak diketahui oleh manusia dan otak termasuk dibawah iradat-Nya.

6. Perbuatan-Perbuatan Baik Dan Buruk

Segala perbuatan yang ikhtiari, tidaklah akan keluar dari ketentuan yang terjadi dibawah penilikan kita. Apa-apa yang didasarkan oleh roh kita atau yang rupanya digambarkan kepada kita, malaj sama dengan apa-apa yang dirasakan dengan pancaindra kita setelah terjadinya sesuatu itu itu, atau hadirnya didlam khayal fantasi pikiran kita. Hal itu sudah terang dan tidak memerlikan pikiran lagi.
Kesempurnaan yang terdapat dalam sesuatu yang logis adanya (ma`qulat), sepe rti adanya Zat yang Wajib Ada (Tuhan). Roh-roh yang halus dan sifat-sifat rohani manusia, semua itu mempunyai rasa keindahan yang dapat dirasakan oleh rohani orang yang mengenalinya, dan dapat menarik perhatian orang yang mempunyai minat padanya.

Dintara perbuata-perbuatan manusia yang ikhtiari,ada yang mempunyai daya penarik pada dirinya, seumpama parade milter yang teratur, bersenam yang menunjukan kemahiran bermain.

Dandiantara perbuatan-perbuatan ikhtiari ituada pula yang buruk pada dirinya yangmenimbulkan perasaan yang tidak enak bagi siapa yang melihat .
Dan diantara perbuatan-perbuatan manusia yang ikhtiari ada yang baik karena memandang manfaat yang ditariknya dan ada yang buruk karena melihat kerusakan yang ditimbulkannya.

Tetapi diantara yang lezat ada yang buruk karena akibatnya yang merusak seperti makan dan minum yang berlebih-lebihan.

Yang lezat itu dipandang buruk, ialah karena masanya terlalu singkat dibanding dengan lamanya penderitaan yang harus ditanggung seseorang, akibat dari mamperturutkan kelezatan dengan tidak ada habis-hsbisnya, bahkan ada yang diakhiri dengan kematian, yang paling buruk keadaanya, karena tidak seimbangnya antara kelezatan yang dikecap dengan penderitaaan yang maha getir itu.
Barang yang membahayakan yang dipandank baik oleh akal manusia kepada musuhnya,dintara yang membahayakan yang dipandang baik, ialah mengrahkan segenap energi untuk mencari rahasia yang selama ini gelap bagi dunua ilmu tentang hakikat-hakikat kejadian alam.
Dan diatara kajadian yang dpandang buruk, ialah mengulurkan tangan atas hasil jerih payang orang lain; dan mengobati penyakit iri hati dengan melenyapkan orang yang di iri hati atau hartanya. Sebab cara yang demikian itu meninbulkan ketakutan bagi umum bahkan juga bagi yang berbuat sendiri.

Segala keterangan yang tersebut itu telah dikenal oleh akal pikiran manusia yang sehat, akal yang dapat membadakan barang yang merusak dengan yang berguna. Yangpertama dikatakan perbuatab buruk dan yang kedua amal yang baik.

Juru Penolong Itu Nabi

Tugas Nabi adalah memberi batas tehadap apa yang seharusnya diperhatikan tentang sesuatu yang berkenaan dengan Zat Yang Wajub Wujud erupa sifat-sipat-Nya yang sempurna dan apa-apa yang dibutuhkan oleh umat manusia kepada-Nya.
Jabatan kenabian itu juga menentikan batas amal-amal yang membawa bahagia manusia di duni dan di akhirat, dan dengan perantaraan perintah Tuhan, Nabi itu menganjurkan kepada manusia supay berhenti pada batas-btas yang telah ditentukan Allah itu. Maka karena itu wajiblah mengmalkan apa-apa yang diperintahkan ataupun yang dianjurkan supaya manusia mengerjakanny dan menghentikannya pebuatan yang hukumnyn terlarang ataupun yang tidak disuakai menurut jalan yang telah dibatasi syriat.


7. Kerasulan Yang Umum

Kerasulan yang umum, ialah pengangk atan para rasul untuk menjalankan misinya menyampaikan suatu itikad (kepercayaan) dam hukum-hukum Allah yang menciptakan umat manusia ini, bahwa Tuhanlah yang mencukupkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang pokok (primer) sebagaimana Ia juga memberikan kepada makhluk yang lain-lain guna memenuhi kebutuhan serta menjaga wujudnya menurut kadar yang ditentukan sesuai dengan martabatnya masing-masing dalam wujud. Pembahasan dalm masalh ini ditijau dari dua jurusan.
Pertama, yakni yang paling mudah bagi ahli Ilmu kalam yaitu jurusan, bahwa penganut itikad tentang diutusnya para rasul itu adalah merupakan satu diantara Rukun Iman (kepercayaan). Begitu pula wajib mengitikadakan, bahwa diantara para rasul itu ada yang di turunkan Allah kepadanya Kitab Suci yang mengandung perinyah dan pengajaran-pengajaran yang harus disampaikan, dan berisi noma-norma dan hukum yang dipandang baik oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya untuk berdiri pada norma dan hukum-hukum itu dan bahwa semua Kitab Suci yang diturunkan kepada para rasul Tuhan itu adalah benar. Adapun bidang lain dari yang tersebut itu, mereka itulah sebagai orang biasa juga, yakni makan, minum, tidur, ,ereka juga sakit dan kadang-kadang malahan ada yang dianiaya oleh orang jahat.

Tentang mukjizat, bukanlah suatu barng yang mustahil menurut akal. Karena tidak ada dalil yang kuat untuk mengantakan mustahil terhadap sesuatu yang luar biasa wujudanya.

Mukjizat mestilah muncul bersama-sama dengan kerangkatan menjadi nabi. I bisa terwujud dengan seketika sebagai dalil yang meyakinkan bagi benarnya pengakuan seorang atas kenabiannya itu.

Wajibnya sifat-sifat tersebut tadi pada diri nabi, ialah andai kata kejadian fitrah mereka, lebih rendah dari orang-orang yang sejaman dengan mereka, atau jiwa mereka lemah menghadapi kekuatan jiwa orang lain, ataumakal mereka mempuanyai cacat yang bisa melemahakan, tentulah mereka tidak berhak untuk menerima kedudukan istimewa yang diberikan oleh Ilahi bagi mereka. Mereka menadapat keistimewaan dengan wahyu tang diterimanya, mereka mendapatkan keistimewaan dengan terbukanya tabir rahasia-rahasia Ilmu bagi mereka.
Apa yang pernah kejadian pada dri Nabi, sumpama beliau perhnah melarang sahabatnya memperkawinkan atau mempersenyawakan (talqih) bibit kurma, tetapi kemudian beliau memperbolehkan kembali hal itu karena ternyata baik pengaruhnya kepada buah, adalh untuk memberitahukan kepada manusia, bahwa segala cara yang membawakan hasil baik.


8. Kebutuhan Umat manusia Kepada Rasul
Untuk memasuki pembicaraan dan memerikan analisa tentang kebutuhan manusia kepada rasul Tuahn itu, ada dua jurusan tempat kita masuk pertama telah kita singgung tadi – dimuai dari keprcayaan (itikad) dengan kekalnya roh manusia setelah mati, dan bahwa bagi manusia ada hidup yang kedua setelah berakhirnya hidup didunia ini. Dalam hidup mereka akan mengecap nikmat bahagia atau beroleh celaka dengan azab yang amat pedih.
Bahabia dan celaka dalam kehidupan yangabdi itu adalah menurut amal manusia itu sendiri, selagi hidup di dunia yang fana ini. Baik peruatan-perbuatan itu berkenaan dengan kewajiban (rohniah) seperti berbagai kepercayaan manusia, atau berupa cita-cita dan kemauan-kemauan dll.
Perbedaan pikran tentang rahasia kebahagiaan dan kerugian di hari akhirat, tentangkelezatan hidupdi hari akhirat itu serta jaln-jalan yang menbawa kepada beroleh nikmat itu atau untuk terjauh dari siksaan yang terus menerus, dan begitupun timbulnya bermaca-macam pendapat umat-umat yang terdahulu maupun yang sekarang, memang banyak sekali hampir tiadak bisa dihitung.
Tanggapan yang umum merata bagi tiap-tiap peribadi manusia baik yang cerdik maupun yang bodoh, yang biadab maupun yang sopan, dll. Tntang adanya hidup sesudah yangsekarang ini, tidak mungkin dipandang sebagai pikiran yang sesat, ataupun was-was yang diragukan kebenarannya. Tatapi ia meruoakan soal Ilham yang khusus dierikan oleh Allah kepada manusia dalm soal ini.
Ilham itu hampir-hampir dapat mendesak suatu kenyataan karena demikian jelasnya pengertiran yang diberikan kepada manusia, diman manusia daoat merasakan, bahwa dirinya diciptakan oleh Tuhan brsedia menerima Ilmu pengetahuan yang tidak ada akhirnya dan mencari jalan-jalan yang baik tidak dapat dibatasi.
Perasaan-perasaan seprti itulah yang menggerakan segera roh untuk merasakan kehidupan yang baka lagi abadi dan mengenangkan bagaimanakah keadaannya bila telah sampai kesana; bagimanakah caranya untuk dapat petujuk tentang itu dan manakan jalan yang harus dilauinya, sedang barang yangdicari itu adalah suatu yang goib dn dalil tentang itu amat lemah dan sukar sekali.
Dialah (Allah) yang memberikan tentang perbedaan kepada para rasul itu dengan fitrah dan kejadian yang sangat sici murni. Ia tinggikan maratabat rohani mereka sampai kepada maratabat yang sempurna dan wajar untuk menerima Nur-cahayanya Ilmu-Nya dan menerima amanah (kepercayaan) untuk memelihara rahasia-Nya, yang andaikata rahasia Allah itu terbuka bagimanusia lain sebagaimana terbukanya bagi para rasul itu, bagisungguh akan menjadi kacau balaulah roh mereka, atau mereka menjadi hilang akal karena ketinggian dan kebesaran-Nya. Dan adalah mereka dengan marabat kerasulan yang tinggi itu berdiri sebagai penghubung dua alam; yaitu ujung (akhir) alam yang kita saksikan sekarang ini dan permulaan alam gaib. Mereka di dunia seakan-akan bukan penduduk dunia. Mereka adalah merupakan perutusan akhirat yang mengenakan pakian yang bukan dari penduduknya pula. Kemudian para rasul itu menerima perintah dariAllah supaya menerangkan kebesaran Ilahi kepada manusia dan membarikan penerangan tentang sesuatu kadaan yang menyangkut dengan sifat-sifat Allah yang masih gelap bagi akal, padahal ia di kehenadi Tuhan supaya menjadi itikad (keprcayaan) umat manusia, yang merupakan sumber kebahagiaan dalam kehidupan hari akhirat nanti.
Tidaklah dapat disangsikan, bahwa Zat yang menciptakan makhluk denagan citaan dengan sebaik-baiknya dan menjadikan alam yang amat indah kejadiannya ini, yang bersifat pemurah kepada semua makhluk yang hidup sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, dan yang tidak mencegah orng hina maupun mulia untuk mengecap rahmat-Nya.
9. Kebutuhan Kepada Rasul adalah dari tabiat Manusia Sendiri

Sejarah perkembanga umat manusia membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dengan bermasyarakat. Kebutuhan masing-massing orang dalam jamaah kepada yang lain adalah suatu hal yang tidak diragukan lagi. Manakala banyak sesuatu yang dibutuhkan seseorang (individu) dalam kehidupannya, maki bertambah pulalah hajatnya kepada tangan-tangan pertolongan orang banyak.

Kebutuhan yang demikian itu tarutama nyata bagi bangsa yang terang batas tempat tinggal atau tanahaiar dimana ia berada. Baginya ada perhubungan kontak yang membedakannya dari yang lain; hajt kepada kebakaan, hajat untuk mengecap kelazatan nikmat-nikmat hidup, hajat kepada merangkul beberapa keingainan dan menolak apa yang tidak sesuai berupa bencana-becana yang bemacam-macam ragamnya.
Sekiranya manusia berjalan menurut sitem yang distujui bersama, tentulan kebutuhan itu tasimerupakan fator yang paling penting yang dapat membina cinta kasih diantara masing-masing pribadi, faktor yang bisa menginsadfkan orang-orang, bahwa kebkaannya (kelangsungan hidupnya ) begamntung kepada kebakaan semua.

Akan tetapi sekiranya perhubunhan cinta karena pengaruh yang bertujuan mengharapkan materi sebagai imbangan, berubahlan setatus cinta itu kearah memancing keuntungan itu, bukan lagi semata-mata pengaruh cinta murni.
Tetapi yang berkenaa dengan manusia, ia lain dari yang tersebu diatas itu. Ia tidak saja orang diberi Ilham, tidak saja diberi pengetahuan, ingatan dan pikiran, tatpi bahkan kesempurnaan jenidnya tarletak dalam kesanggupannya untuk melepaskan pikiran-pikirangnya dari belenggu keinginannya. Dan dengan kekuatan otak dan kemampuan kerja yang ada pada dirinya ia dapat mencapai keinginan-keinginannya itu. Tetapi hal itu akan diitingai oleh hal tang dinikmatinya da dismping kelezatn itu akan berditi kesusahan dan kekawatiran. Sebagaimana di dalan Al-qur`an:

” sesungguhnya manusia itu dijadikan bersifat loba. Apabila ia ditimpa kerugian ia mengekuh. Dan apabila ia ditimpa kebaikan ia menjadi kikir, kecuali mereka yang mendirikan shalat.” (Q.S al-maarij/70: 19-21)

Sebagian orang pandai-pandai menurut masnya yang berlainan mencari pelindung,dan mereka beranggapan sebagaiman orang yang mengerti dan mereka berbica yang menarik hati. Bahwa keadilan adalh penggantinya cinta. Orang yang cerdik-pandai tadi pula bahwa bagi tiap-tiap hak itu ada kehormatannya.

Manusia adalah makhuk yang menakjubkan kadaanya dengan kekuatan akalnya ia bisa naik mebungbung kealam malakut (alam ketuhanan) yang tinggi, dan dengan pikirannya ia dapat engetahu I alam kosmos ini, dat dengan kodratnya ia akan menguasai alam, apa yang tidak bisa ddilakukan oleh makhlik lain, tata[I kemudian ia menjadi kecil dan lemah dan turun kepada drajat yang sedemikian rupa sehinhga menjadi trdiam a menundukan kepala dengan penih khusuk.

Maka dengan keterangan itu jekaslah bahwa diangkatnya para nabi adalah untuk kesempurnaan diri manusia sendiri, dan termasuk diantara faktor kebutuhannya yang terpenting guna menjaga kebakaanya. Sedang nilai kedudukan para nabi itu dalam jenis manusia adalah sama dengan nilai pentingnya kedudukan akal pada diri tiap-tiap orang.

10. Kemungkinan Wahyu
Wahyu adalah kata masdar yang berarti berita, baik berita itu disampaikan secara tertulis atau lisan, pendeknya segala berita yang anda sampaikan kepada orang lain supaya orang itu mengetahuinya. Dan kemudian, dibiasakan lah pemakaiannya kepada segala berita yang disampaikan dari Allah kepada para nabi. dan yang mengatakan bahwa wahyu itu memberitahukan secara rasiah (isyarat) tetapi yang dimaksudkan adalah isi berita. Para ahli telah memberikan definisi menurut istilah syara (agama) bahwa wahyu adalah pemberitahuan Allah pada nabi di antara nabi-nabi-Nya tentang hukum syara dan yang berhubungan dengan agama. Bedanya wahyu dengan ilham, bahwa ilham adalah perasaan (wijdan) yang meyakinkan hati dan yang mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketahui dari mana datangnya.
Kenyataan menunjukan bahwa derajat akal manusia itu berlebih berkuarang satu dengan yang lainnya, dan bahwa yang paling rendah tidak bisa memcapai apa yang di dapat oleh akal yang tinggi kecerdasannya kecuali dengan cara sederhana dan ringkas saja, dan bahwa yang demikian itu bukan saja karena berlebih- kurangnya fitrah kejadian mereka itu yang tidak masuk dalam bidang ikhtiar manusia dan usahanya.
Karena kelemahan akal yang tidak mau mengakui bahwa diantara jiwa umat manusia itu yang karena kebersihan fitrah yang dimilikinya ada yang beroleh limpahan karunia ilahi yang dapat membawanya berhubungan dengan alam rohani yang lebih tinggi dan sampai kepada puncak kemanusiaan yang tinggi dan ia dapat menyaksikan persoalan ilahi tak ubahnya seperti melihatnya dengan mata kepala sendiri yakni persoalan yang tidak akan sampai kemampuan akal manusia lain untuk memikirkannya. Kemudian ilmu yang didapatnya dari ilahi itu di ajarkannya pula pada orang lain serta ia menyeru pada umat manusia untuk mengamalkan apa yang telah disampaikannya kepada mereka itu. Dan memang demikiannya sunnah ilahi pada semua umat di dunia ini di segala masa sesuai dengan kebutuhannya.
Wahyu dan Kerasulan
Dalil yang menjadi bukti atas kerasulan seorang nabi dan benarnya ia menyampaikan perintah Tuhannya telah nyata sekali bagi orang yang dapat hadir menyaksikannya sendiri, yang melihat keadaan gerak gerik nabi itu dari dekat serta melihat apa yang didatangkan Allah kepadanya berupa ayat-ayat suci. Adapun bagi orang yang tidak menyaksikan sendiri zaman kerasulan itu (yang tidak sejaman dengan nabi), maka menjadi dalilnya adalah berita mutawatir.
Diantara para nabi terdapat berita-berita yang mencakupi syarat-syarat mutawatir bagi pemberitaan yang disampaikan orang dari hal mereka, seperti nabi ibrohim, musa dan isa. Dan diantara berita yang disampaikan itu ialah, bahwa mereka tidaklah orang yang lebih berkuasa diantara kaumnya, bukan pula orang yang lebih banyak hartanya dan tidk seorangpun pembantu tertentu yang menolong mereka untuk mengajarkan ilmu yang mereka dakwahkan. Pendeknya mereka bukanlah orang-orang yang bercatat pribadinya, yang menimbulkan rasa jijik dalam hati dan yang tidak sedap dipandang mata.
Segala dalil yyang mereka kemukakan untuk menyembah tuhan yang maha esa tidaklah pantas menurut apa untuk mengatakan, bahwa mereka itu dusta dalam menyampaikan berita yang datang dari Allah, begitu pula tentang pengakuan mereka bahwa segala apa yang telah mereka sampaikan kepada umat manusia itu adalah wahyu dari tuhan. Adapun tentang rasul-rasul yang lain yang wajib kita imani, makaa cukuplah menetapkan kenabian mereka dengan mempercayai kerasulan nabi kita, Muhammad saw. Karena beliau talah memberitahukan kepada kita akan kerasulan mereka itu, dan beliau adalah benar dalam pemberitaannya.

11. Fungsi Para Rasul Alaihimussalam

Untuk menjelaskan secara terperinci segala seluk beluk mngenai kehidupan manusia sehari-hari (duniawiyah), kepintaran dalam memilih sistemnya, dan kemajuan akal untuk mendapatkan rahasia-rahasia ilmu pengetahuan, semua itu bukanlah termasuk bidang tugas para rasul, kecuali memberi garis-garis besar yang umum saja dan menganjurkannya supaya orang berlaku adil dalam hal itu.
Tuhan memberikan syarat pula, bahwa dalam mencapai tujuan-tujuan duniawi, seorangpun tidak diperkenankan berlaku jahat pada diri orang lain, atau pada kehormatannya, atau pada harta bendanya dengan jalan yang tidak benar, sebagai mana yang dikehendaki oleh peraturan umum yang telah merata pada bangsa-bangsa dan perundang-undangan mereka.
Para rasul membimbing akal untuk mengenali Allah dan mengenal sifat-sifat ketuhanan yang wajib diketahui oleh manusia.
Mereka memberikan batas-batas tertentu dimana orang wajib berhenti dalam menggali pengetahuna tentang tuhan pada tempat yang menyulitkan poisisi manusia guna menentramkan hati kepada-Nya serta tidak menyia-nyiakan akal yang telah diberikan Allah kepada manusia itu.
Rasul-rasul itu menyatukan kalimah makhluk ini (kepercayaannya) untuk mengabdi hanya pada satu tuhan yang tidak bisa dibagi-bagi.
Mereka memperkuat ajaran-ajaran yang mereka sampaikan itu dengan apa yang sangat berguna untuk kepentingan umum serta tidak menghilangkan manfaat yang di dapat oleh perseorangan.
Mereka mewajibkan kepada manusia untuk melatih diri guna menanamkan rasa cinta kasih itu dalam hati mereka sampai rahasia cinta kasih itu terbuka bagi mereka, sehingga jantung mereka tergetar merasakannya.
Para rasul itu meletakkan bagi umat manusia akan batas-batas larangan umum menurut yang diperintahkan oleh Allah sehingga memudahkan manusia itu mengembalikan perbuatan-perbuatan mereka kedalam batas-batas larangan umum.
Disamping itu, para rasul mensyariatkan kepada manusia supaya membentuk diri mereka sendiri dengan sifat-sifat utama seperti amanah, sidiq, fathonah, tabhligh.
Rasul rasul itu membawa manusia untuk memalingkan hawa nafsu mereka dari mengecap kelezatan dunia yang fana kepada mencapai idea yang tinggi.
Rasul-rasul itu menjelaskan semua itu kepada manusia apa-apa yang dapat menempatkan mereka kedalam keridhaan ilahi, dan apa-apa yang membuat tuhan murka kepada mereka itu.
Tetapi bukanlah termasuk fungsi kewajiban para rasul tuhan untuk melakukan apa-apa yang menjadi tugas para guru dan sarjana-sarjana ahli perekonomian.
Pendek kata, agama tidak boleh dijadikan tabir pembatas antara jiwa dan akal yang selalu dinamis untuk mengetahui hakikat-hakikat alam yang terbentang dihadapan kita ini dengan segala kemampuan yang ada pada akal itu.

12. Kritik Yang Mashur

Ada dua orang yang berkata: “sekiranaya penganagkatan para rasul itu adalah satu dianatara kebutuhan manusia untuk kesempurnaan susunan masyarakat mereka dan bagi jalan kebahagaiaan mereka dunua akhirat, maka kenapa uamat manusia itu senantiasa dalam keadaaan celaka serta jauh dari bahagia? Mereka senantiasa bersengketa dan tidak pernah setia sekata?

Kami jawab: semua itu benar terjadi, tetapi telah berakhirnya zama para nabi da selesainya tugas kewajibam mereka, yakni setelah agama itu berada ditangan orang-orang yang tidak mengerti ajaran agama itu. Atau orang orang yag megerti, ttetapi amat fanatik, atau tidak tetlalu fanatik, tetapi cintanya pada agama itu bukan datang dari hati kecilnya sendiri. Atau memang cintanya itu memang dari hati kecilnya tetapi akalnya sanyat picik sehingga tidak dapat menjalankan agama sebagaimana nabi-nabi memeluk agamannya atau seperti para sahabat nabi yang terkemuka. Dan untuk itu anda dapat mengemukakan contoh-contoh yang dapat kepada pnertiannya sendiri.

Telah kami jelaskan diatas bahwa pentingnya kedudukan kenabian para rasul itu dalam masyarakat adalah seperti pentingnya kedududkan akal pada diti setiap orang, atau seperti pentungnya tanda petunjuk jalan yangterletak pada jalan ayng akan dilalui, bahakan jauh lebih pentung dari itu lagi.

Agama memamng suatu bimbingan bagi manusia, tetapi tempo0tempo kekecewaan menimpa diri manusia untuk menerima petunjiuk itu; namun kekecewaan pada sementara manusia itu tidak akan dapat mengurangkan nilai lesempuranaan agama itu dan tidak pula dapat untuk merintangai kebutuhan yang sangat vital kepadanya.

“ketahilah petunjuk agama itu masih banyak juga orng yang sesat; dan sebaliknya banya yang beroleah petunjuk, dan tak ada yang sesat itu kecutli orang-orang-yang fasik. (Q.S al-bakorah: 26)

Ketahuilah bahwa gama itu tempat ketenangan dan perlindungan yang menentramkan hati.

Agama itu lebih identik dengan tenaga-tenaga pembangkit fitrah ilham manusia ag mengajak manusia itu dinamias (giat). Agama adalah suatumfaktor kakuatan manusia yang paling besar tetapi kadang-kadnag ia dihinggapi penyakit apa yang bisa juga datang kepada paktor kekuatan yang lainnya. Dn segala apa yang ditunjukan orang kepada agama berupa kritik separti yang kami kemukakan tadi, maka seharusnya dapat ditunjukan juga pada penganut agama itu sendiri; mereka harus menasiahti dirinya sendiri sesuai dengan ajran yang biba oleh agamanya itu.





13. Kerasulan Muhammas SAW
Pada malam kedua belas Rai`ul awal bertepatan dengan Tahun Gajah sesuai denga tanggal 20 aprl setelah kelahiran al-Masih alahissalam, dilahirka Muhammad bin Abdullah bin Muthalib bin Hasyim al-Quraisyi dikota Mekah. Ia lahir sebagai anak yatim, dan ktika ia berusia enam tahun meninggal pula ibinya, lalu ia diasuh oleah abdil mtholib. Hidup dalam keadaan miskin, tidak dapat jaminan yang cukup dari si pemelihara sndiri; dan tak ada pula seorang pembmbing pun yang membantu untuk menuntun bdi pekerti beliau. Namu dsamping itu ia tetap tumbuh dan berkembang ke arah kesempunaan badan maupun akal, budi dn adab sopan santun sehingga beliau terkenal di penduduk mekah.
Menurut sunnah yang berklaku mempunyai nasib seperti aitu, watak akan dientuk oleh pengaruh apa yang dilihatnya semenjak kecil sampai tuanya.
Beliau amat cepat sekali suci akidahnya sebagaimana ia menganut budi pekerti yang baik.
Adapu menganai bunyi ayat yang tersebut dalam Al-Quran (Allah menemukan engkau – Muahmmad - dalam keadaan keliru, maka lantas ia tunjukan jalan yang benar)
Dan adalah keuntungan yang didapat hasil cucur keringatnya mejalankan perusahaan khodijah itu merupakan suatu kekayaan baginya. Dan membawa kepada kedudukan yang tinggi simata kaumnya tetapi beliau tidak terpengaruh oeh dunia dan tidak pula silau oleh godaan-godaan harta kekayaan itu, dan tidak pula menempuh jalan yang biasa ditempuh oleh kaum hatawa lainnya.
Demikian keadaan Muhammad Saw sampai kepada beliau dibukakan Tuhan hijab (tirai) dari alam gaib yang diserati Ilham Ilahi sehingga kepadanya memancar Nur Ilahi yang sumrni, dan datang kepadanya wahyu dariZat yang maha tinggi.
Wahyu Ilahi yang memancarkan Nur Tuahan kepada Muhammad SAW itu, yakni cahaya yang menyinari jalan yang akan dilauinya dan merupakan bukti yah sempurna bagi kerasulan beliau.
Beliau menoleh dengan nasihatnya kepada mereka yangmenjadi hamba dari tradi-tradisi yang koloy yang didukung oleh perbuatan taklid. Beliau memandang pula kepada pembac Kitab-kitab suci yang datang dari langit, dan kepada mereka yang bertugas menyampaiakan kandungan isi Kitab itu yang erupa syariat-syariat Ilahi.
Ia (rasul) mengahak manusia untuk mengtahui, bahwa diriny terdidri dari badan dan roh, dan dengan demikian manusia itu terdiri dari dua alam yang berlainan sekalipun keduanya bercampur satu dengan yang lain, dan manusia itu di tuntut semua supaya menghormati kedua badan dan roh itu, dan mencukupkan darsegala yang yang menjadi hak dan kebutuhan keduanya sebagimana yang telah didtetapka oleh kebenaran nikmat Ilahi.

14. AL-Quran

Al-qurqn adalah Kitab yag menandung berita bangsa-bangsa yang telah silam yang dapat dijadikan xcontoh perbandingan bagi umat yang hidup sekarang dan yang akan datang; memuat berita pilihan yang dipastikan kebenarannya, dan sebaliknya menghilngkan yang bati-batil yag ercampr aduk denga yang bermacam-macam khurafat, tegasnya memilih berita-beirta yang berguna.

Al-quran menceritakan hikyat para nabi yang dikehendaki oleh Allah untuk menisahkannya kepada kita tentang riwayat hidup perjuangan mereka, peristwa-peristiwa yangterjadi diantara mereka dengan umatnya, dan allah membersihkan para nabi itu dari tuduhan oeang-orang, yang kemudian menjadi ercaya juga kepada kerasulan mereka.

Al-quran mencla para ulama dari segala agama atas perbuatan, gerak gerik mereka yang merusakan sendiri keercayaan merekaitu, dam mempercampur adaukan hukum-hukum. Dan al-qurqn mensyariatakan kepada manusia hukum-hukum yang sangat cocok dengan kemaslahatan kehidupan mereka, hukum yang telah terbukti paedahnya bila di praktikan dan dipelihara dengan baik.

Al-quran diturunkan Tuhan pada satu Zaman yang telah sepakat ahli riwayat mengatakan dan telah merupaka beriata yang mutawatir, bahwa zaman itu adalah merupakan puncak kemajuan Bangsa Arab dalam bidang bahada dan banyak sekali mengeluarkan angkatan baru yang fhuslat.

Begitulhah dan telah tersebut dalm Kitab Suci itu dalam beberapa berita tentang hal yang gaib yangdapat dibuktikan kebenarannya oleh keadaan peristiwa seprti berita dalam firman-Nya.

في أدنى الأرض وهم من بعد غلبهم سيغلبون غلبت الروم

Telah dikalah kan bangsa Rum dalam daerang bumi yang dekat; dan mereka setelah menderita kekalahan itu beberapa tahun kemudian akan menjadi pemenang kembali (QS ar Rum: 1-2)

Kemudian apa yang tersebut dalam Al-quran yang berupa kata putus pengangkatan, bahawa manusia itu pasti tidak anggup menandingi Al-Qurqn, dan bahwa Al-Quran itu mampu menghadapi semua tantangan kekuatan yang dihadapkan mereka kepadanya.

Maka lebih menjadi ketetapan dengan datangnya mukzijat yang maha besar ini, dan telah ditunjukan dalil oleh Kitab Suci yang abadi ini, Kitab yang tidak bisa mengalmi perubahan dan tidak pula bisa diganti (walaupun zaman dan semuanya berubah-uah) bahwa Nabi kita Muhammad Saw adalah seorang rasul utudsal Allah keoada segenap makhluk-Nya.
15. Agama Islam

Islam adalah agama yangdinawa oleh Nabi Muhammad SAW dan dipelihara serta difahamkan dengan rapi dan teliti oleh para sahabat beliau dan orang-orang yang hidup pada zaman sahabat itu. Tanpa sengketa, tidak menyimpang lepada takwil da tidak memerlukan adanya golongan-golongan sekte (mazhab)

Agama Islam datang dengan kepercayaan tauhid, mengesakan Allah SWT (Unity of God) dalam zat-Nya dan peruatan-perbuatan-Nya serta bersih-Nya dari serupa dengan segala makhluk.

قل هو الله أحد(1)
الله الصمد(2)
لم يلد ولم يولد(3)
ولم يكن له كفوا أحد(4)
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,,1 Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu .2. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,3 dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".4
Agama ini mengajarkan sebagaimana yang difimankan dalam Kitab Suci:
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS an-Nahl;78)
Dengan ajaran tauhid, jadilah manusia selaku hamba Allah semata-mata, merdeka dari segala macam perhamban yang lain daripda-Nya.
Islam menuntut semua orang yang mempunyai kesanggupan supay bekerja. Dan islam menentukan, bahwa keuntungn ataupun kerugian tiap-tiap diri itu bergantung kepada kerja yang dilkukannya.
وأن ليس للإنسان إلا ما سعى
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Q.S, an-Najm: 39)

Bahwa Islam mendorong bagi seseorang untuk mendaoatkan segala kebaikan yang dikehendakinya beripa makanan, minuman dll. Dan Islam tidak menghalangi manusia kecuali apa yang membawa celaka bagi dirinya sendiri atau kepada orang yang berada dibawa tanggung jawabnya, atau sesuatu perkara yang merusak kepada orng lain. juga Islam menyerang taklid,.
Islam mengalihkan jiwa raga manusia dari pergantungan adat tradisi nenek moyang dan paham yang kolot ketinggalan zaman.
Islam dengan perantaraan Kitab Sucinya yang di turunkan Tuhan melemparkan batu besar yang diletakan selam ini oleh para pemuka agama (ulama dan pedeta-pendeta)di atas kepala (akal) para pemeluknya guna dapat memahamkan isi kandungan Kitab langit itu. Maka dtanglah Al-quran menecela tenang apa yang mereka katakan:
ومنهم أميون لا يعلمون الكتاب إلا أماني وإن هم إلا يظنون
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. (Q.S al-baqarah, :78)


16. Cepatnya Islam Berkembang tak ada bandingannya dalam sejarah

Agama Ini dimulai denga da`wah sepeti juga halnya dengan agama-agama yang lain. Dan ia menghadapi perlawanan dari misuh-musuhnya yang paking hebat melebihi dari apa yang penah dihadapi oleh kebenara dikala ia menghadapi tantangan kebatinan. Penyaru islam, Nabi Muhammad SAW,disiksa dengan ermacam-macam siksaan, begitupun dengan pengikut sama di azab sedemikian rupa, diusir dari kampung halaman dan ditumpahkan darahnya yang mengalir deras. Tetapi darah mereka yang mengalir membasahi bumi itu adalah laksana mata air cita-cita yang memancar dari batu besar keulrtan. Dengan daranh yang mengalir itulah Allah meneguhkan keyakinan hati orang yang mencari keyakinan itu, dan sebliknya dengan daran itu pula Allah menggetarkan hati oarng-orang yangmasih ragu-ragu.

Tehadap mereka yang ragu-ragu, darah itu mengalir manghanurkan watak mereka yang buruk itu, sehingga darah itu keluar dari tenggorokannya tak ubahnya seperti darah-darah kotor yang dikeluarkan oleh tangan dokter-doktar yang pintar sebagaai suatu seleksi.


ليميز الله الخبيث من الطيب ويجعل الخبيث بعضه على بعض فيركمه جميعا فيجعله في جهنم أولئك هم الخاسرون

supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (Q.S al-nahl: 37)

Berkumpul pedukung-pendukung agama yang bermacam-macam yang menempati zajirah Arab dan sekitarnya menentang Islam, supaya mereka dapat mematahkan benihnya yang baru tumbuh dan membunuh dakwahnya yang sedang berjalan.
Islam menggebleng seluruh penduduk Arabia itu menjadu satu apa yang tidak dikenal ole sejarah, dan todak ada contoh kejadian seperi itu dahulu sebelumnya. Adalah Nabi Muhammad SAW dengan jiwa besar telah menyanpaikan rusalah dengan perintah Tuhannya kepada bangsa-bangsa yang berada disekitar tanah Arab itu, yaitu kepada raja-raja Pesia, Romawi tetapi mereka ini membalasnya dengan sinis dan keengganan, bahkan mereka dengan jahatnya melawan Nabi dan pengikut-pengikut beliau.
Setelah peperangan selesai dan kemenangan yang meyakinkan serta kakuasaan telah berada ditangan kaum Muslimian yang menaklukan, mereka berikap lemah lembut atas lawannya yang dikalahkan itu dengan perlakuan yang soan santun.

Agama islam muncul dikala jazirah Arab penuah dengan bermacam-macam ibadat yang mengbdi kepada dewa-dewa, tengelam dalam demoralisasi da perangkai-perangkai yang keji yang sangat mempengaruhi tabiat penduduk, tetapi semua itu dapat dibasmi oleh Ialam dan penduduknya dibimbingnya kearah jalan yang benar. Kaerenanya menjadi yakinlah para pembaca Kitab suci, bahwa hal yang demkian itu adlah bukti keenaran janji Allah kepada Nabi Ibrahim dan Ismail, dan terbukti pula terkabulnya do`a al-kholil (Nabi Ibrahim) kepada tuan-Nya yang berbunyi:

ربنا وابعث فيهم رسولا منهم
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri (Q.S al-Baqarah)
Bahwa inilah dia agama agama yang dengan gembira diberikan oleh para Nabi kepada kaumnya yang akan muncul kemudian kelak.
Dari sini tahulah anda, bawa cepatnya pekembangan Islam dan datngnya manusia dari bermacam-macam agam untuk menganut itikad kepercayaannya, adalah karena muadah dapat dierima oleh akal, mudan dimengeti hukum-hukunnyaserta keadilan syriatnya.

17. Beberapa Persoalan Ynag Mudah Timbul Sewaktu-Waktu Sebagai Kritik terhadap Islam

Banyak orang yang berkata: apabila benar agama Isalam datang untuk mamanggil mereka yang bersengketa untuk bersatu, dan kitab Suciny berfirman:

إن الذين فرقوا دينهم وكانوا شيعا لست منهم في شيء
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka.. Q.S: al-anam: 159)
Apabila Ia menghenadaki wajah hamba Ilahi dalam mengabdi hanya kepada Zat yang menjadikan lanit dan Bumai, mereka kenapa sebagian besar dari mereka masih mennghadapka wajh mereka menuhankan sesuatu yang tidak kuasa memberi maanfaat dan tidak pula memeberikan madharat bgi dirinya, dan tidak pula sanggup mmebariakn kebaikan maupun kejahatan selain dari Allah, dan bahkan mengabdikan yang keliru itu mereka anggap seagai suatu bagian dari bagian-bagian dari tauhid.?
Apa sebabnya putra-putra sampai hati membunuh para orang tuanya?
Kenapa putri-putri berani mendurhakai ibu kandungnya? dll

jawaban
angka orang yang menggambarkan kaum Muslimin dewasaini bahkan semenjak beberapa masa yang silam seperti yang tersebut di atas itu tidaklah begitu berlebih-lebihan, dan bahkan apa-apa yang dikemukakannya itu barulah sebagian kecil dari yang banyak lagi.
Separti yang tekah kami terangkan lebih dahulu tadi, bahwa Islam adalah suatu petunjuk dan akal (rasio); siapa yang pandai menggunakannya dan menjalankan segala petunjuk yang telah diberikannya itu niscaya ia akan mencapai kebahagiaan sebagi apa yang telah dijnjikan Allah kepada para pengikutnya.

18. Membenarkan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw

Bahwa setelah tetap kenabian Muhammad SAW dengan dalil-dalil yang meyakinkan sebagimana yang telah kami terngkan, dan bahwa beliau menerima Wahyu ari Allah SwT, maka karenanya tidaklah diraguakan lagi, bahwa wajib membanarkan wahyunya itu dan mmpercayai ajaran-ajaran yang diawa beliau ialah, apa-ap yang diterngan oleh Kitab al-quran yang mulia dan yang dismpaikan oleh hadis yang mutawatir lagi pun shahih serta memenuhu syarat-syarat bagi kebanarannya berita hadis itu.

Dan wajiblah menganut kepercayaan (itikad) menurut berita yang disampakan oleh kabar yanh sahih itu, dan sekali-kali tidk harus melebihi maupun mengurangi apa yang telah dismpaikan berita itu secara yakin.
Adapun tentang kabar-kabar (hadis) ahad, maka waajib percaya kepadanya setiap orang yang menerima hadis itu sedng ia membanarkan sah riwayatnya.
Dan yang pkok dalam semua persoalan yang demikian itu ialah. Bahwa barang siapa yang mengingkari suatu perkara padahal ia mengetahui, bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengucapkannya, atau man-takrir-kannya, maka berarti ia telah menentang kebenaran kerasulan dan mendusyakan misi beliau, dia digolongkan kepada orang-orang yang menganggap sepi kepada berita-berita hadis yang mutawatir, padahal ia mengetahui bahwa hal itu adalah mengenai ajaran agama, yaitu apayang tersebut dalam Kitab Suci Al-Quran dan sebagian dari sunah rasul uantuk di amalkan.



Jumat, 14 Januari 2011

Akhlaq Tasawuf Solusi terbaik Akhlak Bangsa


BAB I

PENDAHULUAN
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga menjadi keperibadiannya. Karena sifatnya yang mendarah daging, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, dengan demikian, baik dan buruknya akhlak seseorang dari perbuatannya.
Masyarakat pada era modern ini banyak yang sudah hampir menyimpang dari ajaran yang sebenarnya. Baik itu budi pekerti yang kini mulai terkikis. Oleh sebab itu, pengkajian akhlak tentu sangat dibutuhkan pada era moodern ini.

Untuk mensfesifikasikan persoalan-persoalan yang dikaji dalam makalah ini maka penulis membatasinya dengan bentuk pertanyaan diantaranaya:
1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Apa pengertian masyarakat modern?
3.      Bagaimana respon masyarakat terhadap kemajuan IPTEK?
4.      Apa dampak dari kemajuan  IPTEK terhadap masyarakat modern?
5.      Bagaimana peranan akhlak tasawuf sebagai solusi terbaik pemecahan masalah akhlak di era modern?

Dengan adanya pengkajian ini diharapkan dapat mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Mengetahui sejauh mana peranan akhlak di era modern;
2.      Mengetahui problematika yang dihadapi masyarakat saat ini;
3.      Dapat mengaplikasikan akhlak yang baik sesuai dengan ajaran Al-Qur`aan dan Al-Hadits.

BAB II

PEMBAHASAN

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu isim mashdar (bentuk infiitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu, ikhlaqon sesuai dengan tsulasi mazid warna ke satu bab ke satu, yang berarti as-saj`iyah (perangai), ath-thabi`ah (kelakuan), al-`adat (kebiasaan),  dan ad-din (agama). Hal ini sesuai dengan kata-kata yang berada dalam Al-Qur`an diantaranya :
Al-Qalam ayat : 4
Artinya :
4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Artinya :
137. (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.

Dan sesuai dengan Hadits Nabi :
إنما بعثت لأتمم مكا رم الأخلاق
Artinya :
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”
Pada ayat pertama kata Kuluqu dirtikan sebagai  budi pekerti dan ayat yang kedua diartikan dengan adat kebiasaan.
Selanjutnya pengertian akhlak menurut terminologi, disini ada beberapa pendapat para ahli diantaranya :
1.      Pendapat Ibnu Miskawaih
Menurutnya yang dinamakan akhlak yaitu “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
2.      Imam Al-ghazali
Menurut beliau akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan .”
Dari kedua pendapat para ahli diatas nampaknya tidak ada pertentangan dan dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia untuk melakukan perbuatan dengan tanpa pemikiran panjang.
Dari pengertian diatas dapat diketahui ciri-ciri dari akhlak ini diantaranya :
1.      Perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa;
2.      Perbuatan dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran;
3.      Perbuatan timbul daridalam diri orang yang mengerjakannya;
4.      Perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya;
5.      Perbuatan dilakukan dengan ikhlas.

Pengertian tasawuf secara bahasa sebagaiman yang disebutkan oleh Harun Nasution ada lima istilah yang berkaitan dengan kata tasawuf diantaranya : as-suffah (orang yang ikut pindah dengan nabi dari Mekah ke Madinah), menggambarkan orangg yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda hanya untuk Allah, saf (barisan),menggambarkan orang yan selalu terdepan dalam beribadah kepada Allah, sufi (suci), mengggambarkan orang yang selalu menjaga diirinya dari perbuatan dosa, sophos (bahasa yunani: hikmat), menggambarkan jiwa yang cenderung kepada kebenaran dan suf (kain wol), yaitu menggambarkan orang yang hidup sederhana. Dari segi linguistik dapat diketahui bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian jiwa, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban dan selalu bersikap bijaksana.
Sedangkan pengertian tasawuf secara istilah yaitu sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya yang dimaksud dengan tasawuf adalah usaha untuk mensucikan diri dengan berbagai usaha dari sifat yang baik dan benar.

 Kata masyarakat modern sendiri terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern. Dalam kamus bahasa indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengertikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian dapat diketahui secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu dengan bersifat mutakhir.
Masyarakat modern sering disebut sebagai lawan masyarakat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran;
2.      Berfikir masa depan yang jauh lebih baik tidak hanya untuk sekarang;
3.      Menghargai waktu, yakni bahwa setiap detik begitu berharga untuk kehidupan mereka;
4.      Bersikap terbuka, mereka dapat menerima saran dan kritik demi membangun kehidupan mereka yang lebih baik kedepannya;
5.      Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.

Revolusi Teknologi dengan meningkatkan kontrol kita pada materi, ruang dan waktu, menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikira dan sistem rujukan. Dalam menghadapi kenyataan demikian sikaf masyarakat sendiri terbagi kedalam tiga kelompok yaitu : kelompok optomis, kelompok pesimis, dan kelompok yang berada diantara keduanya.
Bagi kelompok orang yang optimis mereka menyikapi bahwasannya dengan adanya revolusi teknologi ini adalah pangkal kemajuan bagi mereka, karena didukung dengan hadirnya teknologi yang dapat membantu dan mempermudah dalam pekerjaan mereka. Misalnya berbagai media yang dapat mengiklankan produk ke berbagai daerah termasuk daerah terdalam.
Bagi kelompok kemajuan di bidang teknologi ini menimbulkan dampak yang negatif, karena hanya memberikan kesempatan dan peluang kepada orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan, dan lain-lain.
Sementara kelompok yang mengambil sikap pertengahan mengatakan, bahwa Iptek itu positif atau berdampak negatif bagi ekonomi yaitu dengan timbulnya pengangguran, inflasi, ketergantungan.

Dari kemajuan teknologi diatas tentu saja yang dikhawatirkan adalah adanya dampak negatifnya yang menjadi masalah bagi kehidupan masyarakat di Era mdern ini. Diantara problematika yang dihadapi saat ini adalah :
1.        Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern diantaranya ditandai dengan spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Sehingga setiap ilmu pengetahuan memiliki paradigma dan cara pandang berbeda.
2.        Keperibadian Yang Terpecah
Karena kehidupan manusia modern diipolakan dengan ilmu pengetahuan yang coraknya kering akan nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak maka manusia menjadi pribadi yang terpecah, akibatnya hilang kekayaan rohaniah, karena terlalu dibiarkannya ilmu-ilmu positif yang hanya menggandalkan fakta-fakta empirik, obyektif dan rasional.

3.        Penyalah Gunaan Iptek
Dampak selanjutnya akibat ilmu pengetahuan yang tanpa nilai spiritual akan menimbulkan masalah juga dengan penyalahgunaan dari hasil produk ilmu tersebut diantaranya tekhnologi.

4.        Pendangkalan Iman
Fakta-fakta yang bersifat empiris akan menimbulkan kedangkalanya iman.

5.        Pola Hubungan Matrialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong menolong didasarkan pada nilai matrial.
6.        Stres Dan Frustasi
Kehidupan modern demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan selalu merasa kurang, apalagi bila gagal. Akibatnya, jika terkena problema yang tidak dapat dipecahkan oleh dirinya, segera saja ia stres da frustasi yang jik terus berkelanjutan maka akan menjadi gila atau hilang ingatan.

          Salah satu cara yang hampir disepakati para ahli untuk mengatasi problematika diatas adalah dengan berakhlak tasawuf.         
Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan , karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan karena semuanya berasal dari Allah.Tarikat yang berada dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqomah. Ajaran tawakal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan kokoh, karena ia telah mewakilkan urusannya kepada Tuhan. Sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan tasawuf yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan. Sikap matrelialistik dapat diatasi denggan konsep juhud yang tidak mau diperbudak dan tidak mau dijajah dengan nafsu duniawi. Demikian dengan ajaran ujlah akan membekali manusia modern agar tidak menjadi sekfrut dari mesin kehidupan manusia yang tidak tahu lagi arahnya.
Demikianlah begitu efektif mengatasi problematika bangsa di dalam masyarakat modern dengan menerapkan konsep-konsep akhlak tasawuf.
PENUTUP

Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya akhlak tasawuf merupakan solusi terbaik untuk mengatasi problematika kehidupan bangsa dengan masyarakat modernnya.
           

Nata. Abuddin, Akhlak Tasawf, Rajawali Pres, Jakarta,2009
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta 1991
Noer. Diar, Pembangunan Di Indonesia, Mutiara, Jakarta, 1987
Susanto.Astrid, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, bandung, 1979
Nasution. Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Universitas Indonesia, Jakarta , 1972